LAPORAN HASIL OBSERVASI KURIKULUM DI SDN 2 RANOMEETO
Laporan Hasil Observasi Tentang Penerapan
Kurikulum KTSP Dan K13 di SDN 2 Ranomeeto
Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Kurikulum jurusan Manajement Pendidikan Islam semester IV
Dosen Pengampu:
Dr. Ambar Sri Lestari, M.Pd
Muh. Alfian Sukron
|
14010103058
|
Muh. Anzal B
|
14010103057
|
Andi Nurfa Puspita H
|
14010103006
|
Disusun Oleh:
Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama
Islam Negeri (IAIN)
Kendari
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam
pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan,
yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga
pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam
lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayh maupun nasional.[1]
Pendidikan di negara Indonesia saat ini
masih mengalami berbagai macam persoalan. Persoalan tersebut tidak mudah
diselesaikan, karena substansi yang ditransformasikan selama proses pendidikan
dan pembelajaran selalu berda dibawah dibawah tekanan kemajuan dan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan
pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang
mengalami pergantian dari tahun ke tahun dan membebani peserta didik tanpa ada
arah pengembangan yang benar-benar di implementasikan sesuai dengan perubahan
yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Perubahan kurikulum harus diantisipasi dan
dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran
memiliki kedudukan yang sangat strategis, yang menentukan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan, baik proses maupun hasil. Sekolah sebagai
pelaksana pendidikan, baik kepala sekolah, guru, maupun peserta didik sangat
berkepentingan dan akan terkena dampak langsung dari setiap peubahan kurikulum.
Perubahan kurikulum merupakan perubaha yang sagat mendasar dalam sistem
pendidikan nasional, dan akan mengubah komponen-komponen pendidikan lainnya.[2]
Kurikulum bersifat dinamis karena selalu
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban
suatu bangsa, maka semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan
ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga
indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat
,martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan
menimpah dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat
dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara maju di Dunia. Karena
seringnya perubahan kurikulum ini membuat para orang-orang yang ada dalam
pendidikan termasuk birokrat pendidan baik yang dibawah maupun diatas, kepala
sekolah, guru, maupun peserta didik kurang dalam persiapan
untukmengimplementasikan kurikulum baru.
Misalnya saja, dari perubahan KTSP menuju kurikulum 2013. Di berbagai sekolah
indonesia belum seluruhnya menerapkan kurikulum 2013.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan
kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut
dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga
perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut perlu dilakukan demi
menciptakn generasi masa depan yang berkarakter dan menciptakan anak yang
unggul dan mampu bersaing di dunia internasional.
B.
Rumusan Masalah
Dari Uraian diatas maka kami mengambi beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu:
1.
Bagaimana
pengembangan kurikulum muatan lokal disekolah SD 2 Ranomeeto ?
2.
Bagaimana
pengembangan kurikulum KTSP/K13 SDN 2 Ranomeeto?
3.
Apa kendala
dan hambatan dalam pelaksanaan kurikulum KTSP/K13 SDN 2 Ranomeeto?
4.
Bagaimana
sistem evaluasi pada kurikulum KTSP/K13 di SDN 2 Ranomeeto ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengembangan kurikulum muatan lokal disekolah SD 2 Ranomeeto.
2.
Untuk
mengetahui pengembangan kurikulum
KTSP/K13 SDN 2 Ranomeeto.
3.
Untuk
mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum KTSP/K13 SD 2 Ranomeeto.
4.
Untuk
mengetahui sistem evaluasi pada kurikulum KTSP/K13 di SDN 2 Ranomeeto.
D.
Metode Observasi
Metode
Observasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Wawancara
Metode wawancara ini di lakukan dengan
cara tanya jawab langsung dengan narasumber yang terkait yaitu Wakasek,
guru, serta siswa dari SDN 2 Ranomeeto
2.
Observasi
Metode Observasi di lakukan dengan cara mengamati kondisi
fisik dan juga proses kegiatan belajar mengajar di SDN Negeri 2 Ranomeeto sepeti mengamati keadaan teknologi yang di
pakai serta sarana prasarana yang ada.
E.
Waktu dan Tempat
Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2016
pukul 09.30 yang dilakukan di SDN 2 RANOMEETO Kec. Ranomeeto Kab. Konawe Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Kurikulum
Istilah
kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki banyak definisi yang berbeda dan
berkembang dikalangan para ahli, seperti yang diungkapkan oleh saylor &
lewis ia meamandang kurikulum sebagai sebuah kumpulan mata pelajaran yang yang
harus ditempuh oleh peserta didik. Sedangkan menurut Robert m. hutchins tahun
1936 ia mengatakan bahwa kurikulum adalah sebuah mata pelajaran dan isi
pelajaran yang akan diajarkan. Tetapi menurut Hasan Langgulung berpendapat bahwa
kurikulum merupakan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah
raga, dan kesenian baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang
dikelolah oleh sekolah.[1]
Maka
dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah kumpulan mata pelajaran yang tersusun
secara sistematis dimana didalamnya terkandung isi pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik.
B.
Peran Dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum
dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni
mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup dimasyarakat.
1.
Peran Kurikulum
Sebagai salah satu
komponen dalam pendidikan maka setidaknya sebuah kurikulum harus mempunyai tiga
peranan. Menurut Oemar Hamalik (1990) terdapat tiga jenis peranan
kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu Peran Konservatif, peran kritis
dan evaluatif serta peran kreatif. Peran Konservatif yaitu peranan kurikulum
untuk mewariskan, mentransmisikan dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya
masa lampau yang tetap eksis dalam masyarakat.
Peran kreatif,
tugas sekolah bukan hanya mewariskan dan membudayakan nilai – nilai yang telah
lama tetapi menciptakan dan mengembangan hal - hal yang baru yang sesuai dengan
tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat juga menjadi tujuan utama dunia
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan memang berkembang
begitu pesat dalam kehidupanya sehingga ia tak pernah menunggu mereka yang
lambat berkembang dan hanya berpaku pada nilai dan hal – hal yang lama.
Sehingga pada kenyataanya peran kurikulum dalam membantu peserta didik untuk
mampu menjadi agen yang dapat membawa sebuah ide dan gagasan baru yang dapat
digunakan oleh manusia untuk memudahkan pekerjaanya.
Peran kritis dan
evaluative, Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan
yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam
kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum berperan
menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dimiliki anak didik. Nilai–nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan
diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan
yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Demikian juga sebaliknya nilai-nilai
baru yang tidak sesuai dengan budaya setempat mungkin akan ditolak dan tidak
dipakai, atau dipakai dengan diwarnai nilai-nilai lokal, sehingga menjadi
nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat setempat. Pengembangan kurikulum
harus memperhatikan ketiga peran tersebut, karena ketiganya harus berjalan
seimbang. Kurikulum yang menonjolkan peran konservatifnya akan cenderung
membuat pendidikan ketinggalan zaman, sebaliknya kurikulum yang menonjolkan
peran kreatifnya, dapat membuat nilai-nilai budaya lokal hilang.[2]
2.
Fungsi Kurikulum
Menurut
McNeil (1990) fungsi kurikulum ada empat yaitu:
a)
Fungsi
pendidikan umum
Fungsi
ini bertujuan untuk menjadikan setiap peserta didik agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan sebagai warga Negara yang baik.
b)
Suplementasi
Kurikulum
sebagai alat pendidikan seharusnya mampu memberikan pelayanan kepada setiap
siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
c)
Eksplorasi
Kurikulum
harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
d)
Keahlian
Kurikulum
harus dapat mengembangkan keahlian siswa sesuai dengan minatdan bakat siswa.
C.
Proses Belajar Mengajar Dalam Implementasi Kurikulum
Menurut Ernest H. Hilgard, Belajar adalah
dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya
berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.
Menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd,
mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi
komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Aktivitas mengajar merupakan
kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan
menggunakan berbagai metode.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa, belajar
mengajar adalah interaksi atau hubungan timbale balik antara siswa dengan guru
dan antar siswa sesame siswa dalam proses pembelajaran.
D.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
1.
Implementasi
Ada beberapa pengertian implementasi kurikulum menurut para ahli
yaitu, Majone dan Wildavky (1979) yang menegemukakan bahwa implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky,
1984). Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan
konsep. Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum
potensial).[4]
Dikemukakan juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara
fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan peserta didika sebagai subjek
belajar.[5]
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep kurikulum
potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam
bentuk proses pembelajaraan.[6]
2.
Evaluasi Kurikulum
Menurut s. hamid hasan, evaluasi kurikulum da evaluasi pendidikan
memiliki karakteristik yang tak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnya
berbagai definisi untuk suatu istilah teknis yang sama. Rumusan evaluasi
menurut GRonlund adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan,
anlisisdan interpretasi informasi/ data untuk menetukan sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu, Hopkins dan antes mengemukaan
evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi
meliputi siswa, guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar, untuk
mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran
siswa dan keefektifitasan program. Dan menurut Tyler (1949) evaluasi berfokus
pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada proses belajar
mengajar. [7]
Berdasarkan beberapa
pendapat ditas dapat disimpulkan evaluasi lebih bersifat komprehensif yang
didalamnya meliputi pengukuran. Selain itu evaluasi pada hakikatnya adalah
suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan evaluasi
tidak hanya berdasarkan pada pengukuran tetapi juga berdasarkan pengamatan baik
yang didasarkan pada pengukuran measurement maupun bukan pengukuran non
measurement pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu
program/kurikulum yang dievaluasi.
E.
Penegembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
1.
Pengertian Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuer untuk
meningkatkan dan mengembagkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan.
Keberadaan mata
pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan ditiap-tiap daerah
lebih meningkatkan relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional
sehinngga keberadaan mata pelajaran muatan lokal mendukung dan melengkapi
kurikulu nasional.[8]
2.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Muatan Lokal
1)
Lingkup
keadaan dan kebutuhan daerah
Lingkungan
ini berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan juga ekonomi.
a)
Melestarikan
dan mengembangkan kebudayaan daerah
b)
Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan pada bidang tertentu, sesuai dengan kebtuhan ekonomi
daerah
c)
Meningkatkan
kemampuan berwirausaha
2)
Lingkup
isi/jenis muatan lokal
Pengembangan ini dapat beruap bahasa
daerah, bahasa inggris, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai cirri khas yang ada didaerah, serta pengetahuan
lain yang dianggap perlu untuk pengembangan daerah.
BAB
III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A.
Profil Sekolah
Nama sekolah
|
:
|
SDN 2 Ranomeeto
|
Status
|
:
|
Negeri
|
Alamat
|
:
|
Desa Onewila, kec. Ranomeeto, Kab.
Konawe Selatan
|
B.
Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dari hasil
observasi yang kami lakukan tepatnya di SDN 2 Ranomeeto, pelajaran muatan lokal
terbagi atas dua bagian yaitu, muatan lokal provinsi yaitu mencakup bahasa
daerah, dan muatan lokal sekolah yaitu mencakup keterampilan dan kerajinan tangan
baik yang memanfaatkan bahan khas daerah maupun hasil dari inovasi kreatifitas.
Untuk penerapan muatan lokal provinsi yang mencakup bahasa daerah, Sedangkan
untuk muatan lokal sekolah yang mencakup keterampilan dan kerajinan tangan
diterapkan pada kelas lima dan kelas enam. Menurut Ibu Reni salah seorang guru
di SDN 2 Ranomeeto penerapan kerajinan tangan dimulai pada kelas lima dan enam
ini digunakan untuk persiapan siswa yang akan lulus sebagai salah satu syarat
pemenuhan untuk lulus pada mata pelajaran muatan lokal pada ujian akhir
sekolah. Salah satu bentuk kejainan yang harus dibuat seperti membuat tas dari
botol bekas, dan rak buku dari kardus.
C.
Pengembangan kurikulum KTSP Dan K13 di SDN 2 Ranomeeto
Kurikulum yang berlaku sebelumnya di SDN 2 Ranomeeto adalah
kuriklum KTSP tetapi kemudian penggunaan kurikulum KTSP di SDN 2 Ranomeeto
berubah menjadi kurikulum K13. Penggunaan kurikulum K13 di SDN 2 Ranomeeto
hanya berlangsung selama satu semester saja yaitu pada tahun ajaran 2013/2014.
Penggunaan kurikulum K13 di SDN 2 Ranomeeto hanya berjalan satu semester saja
karena disebabkan ketidaksiapan pihak pemerintah dalam menyiapkan sarana dalam
menjalankan kurikulum K13 seperti keterlambatan pendistribusian buku ajar untuk
pegangan guru dan murid yang pada akhirnya menyebabkan kebingungankepada guru
dalam memberikan materi ajar dalam proses belajar mengajar. Selain dari hal
diatas menurut Ibu Reni salah seorang guru dan juga wali kelas IV di SDN 2
Ranomeeto juga menyatakan bahwa ketidakberlangsungan kurikulum K13 di SDN 2
Ranomeeto adalah karena adanya sistem penunjukkan penggunaan kurikulum K13
terhadap sekolah sekolah yang dianggap mampu dimana keputusan ini langsung
diambil oleh pemerintah kabupaten Konawe Selatan. Dan pada saat penunjukkan SDN
2 Ranomeeto tidak termasuk dalam sekolah yang dianggap memenuhi syarat
pengguaan kurikulum K13. Sehingga pada perjalananya kurikulum yang digunakan
oleh SDN 2 Ranomeeto kembali kekurikulum KTSP hanya saja menurut ibu Reni untuk
kurikulum KTSP saat ini sedang diperbaarui sistemnya.
D. Kendala Penerapan Kurikulum K13/KTSP di SDN 2 Ranomeeto
Dalam Pelaksanaan K13 yang berjalan sekitar satu semester di SDN 2 Ranomeeto terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh guru. Menurut Salah satu guru dari SDN 2 Ranomeeto
mengatakan bahwa dalam menjalankan sistem kurikulum 2013 dalam proses
pembelajarannya sangat efektif sekali karena guru hanya mengarahkan siswa
seperti orang kuliah, selebihnya siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran. Namun dibalik
itu semua terdapat kendala yang dirasakan oleh guru dalam menjalankan kurikulum
2013 yaitu dalam proses penilaiannya.
Mereka mengatakan proses penilaian kurikulum 2013 cenderung lebih ribet dan repot dibanding KTSP. Dimana
guru harus memberikan penilaian dari segala aspek dan indikator, dalam satu
kegiatan pembelajaran, masing-masing anak harus dinilai rinci, hal ini membuat
guru harus mencermati karakter tiap-tiap murid agar bisa memberi nilai dengan
adil hanya saja aspek ang harus
dinilai terlalu banyak sehingga menjadi rumit. Di
mana penilaian dimulai dari awal siswa masuk kelas sampai mereka keluar dari kelas, semua model
dari setiap siswa harus dinilai. Bahkan dalam proses berdoa dalam memulai
pembelajaran itu sudah harus diberikan penilaian. Sedangkan kendala untuk siswa adalah
bertambahnya beban belajar siswa dimana dalam satu keadaan proses belajar
mengajar siswa harus mempelajari beberapa pelajaran seperti matematika, bahasa
Indonesia, dan juga bahasa inggris.
Dibanding KTSP yang proses pemberian penilaian dilaksanakan saat dalam
penulisan raport dan yang dinilai dalam kesehariaanya hanya berdasarkan dari
tugas-tugas yang diberikan. kalau masalah menyangkut sikap dan sebagainya itu
diakumulasikan semua saat pemberian
nilai di raport. Sedangkan Kurikulum 2013 guru dituntut harus memberikan
penilainnya setiap hari, dari setiap kompetensi dasar. Setiap KD yang diberikan
itu mempunyai banyak indikator, dan setiap indikator ini diberikan penilaiannya
terhadap setiap siswa dengan berbagai
macam aspek yang dijadikan tolak ukur dalam pemberian penilaian. Dimulai dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Proses pemberian nilai saja memakan banyak
waktu belum lagi pemberian materi yang akan disampaikan dikelas. Menurut mereka karena ini pertama kalinya
mereka menghadapi proses penilaian seperti ini membuat mereka kesulitan dalam
proses pemberian penilaian.
E.
Sistem Evaluasi Yang Digunakan di SDN 2 Ranomeeto Pada Kurikulum
KTSP/K13
Berdasarkan hasil
penelitian dari observasi di SDN 2 Ranomeeto sistem penilaian yang dilaksanakan
saat menjalankan kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian
otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
setiap murid dari awal masuk kelas, proses pembelajaran, dan saat keluaran yang
meliputi sikap,pengetahuan, dan keterampilan setiap murid. Penilaian autentik
menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar yang dilihat
dari berbagai macam aspek sesuai indikator yang ada dalam kompetensi dasar
sesuai kurikulum 2013. Dalam proses penilaian kurikulum 2013 berbasis pada
kemampuan siswa sejak mengikuti proses pembelajaran hingga selesai, selain itu
siswa dinilai dari keaktifan saat proses belajar. Pada kurikulum 2013 guru
sebagai fasiltator hanya memberikan materi kepada siswa. kemudian siswa dinilai
dari setiap aspek. Dalam satu kompetensi banyak indikator dan kemudian
perindikator tersebut di nilai siswanya perseharianya ketika masuk. Jumlah
siswa dalam peruangan itu berjumlah 32 siswa dan disinilah sulitnya proses
penilaian seorang guru terhadap siswanya. Dalam jumlah kompetensi indikatornya
berjumlah lima dan jumlah temanya enam, dan yang menjadi kendalanya yaitu
penilaian persiswanya dan penilaian rapornya. Sedangkan dalam proses penilaian
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu lebih mudah dibandingkan
kurikulum 2013.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil observasi yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya maka dapat di
simpulkan bahwa :
1.
Penggunaan
kurikulum K13 di wilayah kabupaten konawe selatan pada sekolah sekolah adalah
hasil dari penunjukkan langsung yang dilakukan oleh pemerintah Kabuapten Konawe
Selatan, hal ini hanya diakukan terhadap sekolah sekolah yang mempunyai wilayah
yang dekat dengan kabupaten agar mudah untuk pengontrolan seperti SMA 6 Konawe
Selatan.
2.
Penggunaan
kurikulum K13 terhadap siswa dianggap sangat efektif karena pada kurikulum K13 siswa lebih aktif
dibanding penggunaan kurikulum KTSP.
3.
Dalam
menerapkan kurikulum K13 kendala yang paling menonjol adalah pada sistem
penilaian yang dianggap rumit oleh para guru dimana penilaian ini harus dilakukan
terhadapa satu persatu siswa dari awal siswa masuk kelas sampai jam pulang
sekolah di mana penilaian I ni diakumulusai setiap hari sedangkan penilaian
pada kurikulum KTSP hanya dilakukan pada saat pengisian rapor.
4.
Dalam
pelaksanaan kurikulum K13 masih banyak guru yang tidak mengetahui computer
sehingga menghambat pelaksanan K13.
5.
Pembelajaran
muatan lokal di SDN 2 Ranomeeto terbagi atas tiga yaitu , muatan lokal provinsi
yaitu mencakup bahasa daerah, muatan lokal kabupaten yang mencakup bahasa asing
yang lebih tepatnya adalah bahasa inggris, dan muatan lokal sekolah yaitu
mencakup keterampilan dan kerajinan tangan.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil
pembahasan observasi diatas maka dapat disarankan agar :
1.
Bagi
sekolah khususnya kepala sekolah harus mampu meningkatkan dan memotivasi guru
agar mampu meningkatkan keterampilanya bukan hanya dalam proses belajar tetapi
juga penguasaan iptek.
2. Bagi sekolah khususnya bagi guru harus lebih meningkatkan softskill
seperti penguassan komputer agar nantinya dapat mempermudah penerapanmkurikulum
dalam berbagai situasi.
Dokumentasi pelaksanaan observasi
|
|
|
Foto bersama narasumber
|
Foto bersama guru muatan lokal
|
Foto bersama guru kesenian
|
|
|
|
Guru sedang menjelaskan dalam proses belajar
menggajar pada kurikulum KTSP
|
Para siswa sedeng mengikuti dalam proses belajar
menggajar pada kurikulum KTSP
|
|
Boleh minta file lengkapnya dg daftar pustka dan catatan kaki
BalasHapus